Selama puluhan tahun opini kita telah digiring untuk
menempatkan Jenderal Suharto sebagai Dalang dari peristiwa G30S/PKI. Selama
puluhan tahun pula opini kita digiring untuk memuduh Jenderal Suharto sebagai
orang yang paling bertanggung jawab atas pembantaian jutaan rakyat tidak
berdosa yang menjadi korban sebagai dampak dari peristiwa pembantaian 7 perwira
TNI AD di Lubang Buaya. Bahkan julukan Sang Penjagal disematkan pada diri jenderal Suharto.
Berbagai versi cerita dikarang pihak-pihak tertentu untuk memojokan jenderal Suharto. Ada juga versi cerita yang menunjukan bila sebelum peristiwa pembantaian ke 7 perwira TNI AD ternyata Kolonel Latief yang juga mantan bawahan Suharto ketika masih di Kodam Diponegoro telah melakukan beberapa pertemuan dengan Suharto bahkan hingga malam kejadian yaitu tanggal 18, 28, 29 dan 30 September 1965. Bahkan kondisi Tommy Suharto yang masuk Rumah Sakit dituduh sebagai akal-akalan Suharto agar tetap berada di Jakarta. Semua versi cerita dikarang dengan satu tujuan untuk menunjukan kalau Suharto yang terlihat santun hanyalah pura-pura atau kamuflase untuk menutupi kelakuannya yang buruk.
nggiring opini kita agar membenci Suharto. Berbagai versi cerita tentang masa lalu Suharto yang buruk dikarang agar versi cerita yang mereka karang terlihat kapabel. Ada cerita yang dikarang seolah-olah Suharto memiliki dendam pribadi kepada semua korban yang terbunuh di Lubang Buaya. Ada versi cerita yang dikarang seolah-olah Suharto berkelakuan asusila karena memiliki hubungan gelap dengan seorang artis bernama Rahayu Effendi. Bahkan dikarang cerita seolah-olah telah terjadi wawancara dengan para tetangga Rahayu Effendi di Bogor kalau memang pernah terjadi penyiraman tinja kerumah Rahayu Effendi yang di Bogor. Ada juga versi cerita yang mempertanyakan mengapa Suharto tidak menjadi bagian dari target pembunuhan dimalam itu. Bahkan ada versi cerita yang memasukan nama Jenderal Gatot Subroto sebagai pihak yang paling membela Suharto dengan alasan Suharto memiliki potensi yang masih bisa dibina.

Mari kita bahas lagi tentang versi kelakuan asusila dari
sosok Suharto. Versi cerita ini menggambarkan ternyata dibalik sikap santun
Suharto tersembunyi sifat buruk dengan kelakuan yang amoral. Versi cerita ini
dikarang agar Suharto terlihat sama atau malah lebih buruk dibanding sosok
Sukarno. Versi cerita ini malah menunjukan kalau dari kelakuan asusila Suharto
telah melahirkan satu anak manusia yang bernama Dede Yusuf. Versi cerita ini
dikarang dengan mengaitkan kemiripn wajah Dede Yusuf dengan wajah Tommy Suharto
ataupun wajah Bambang Trihatmodjo. Disini penulis juga melihat satu kejanggalan
saat menelusuri biografi aktor Dede Yusuf. Ternyata aktor Dede Yusuf lahir pada
tanggal 14 September 1966. Itu artinya bila memang telah terjadi affair,
berarti affair tersebut terjadi sebelum tahun 1966. Lalu penulis berpikir,
apakah mungkin hal itu terjadi disaat suasana negeri ini genting Suharto
sempat-sempatnya melakukan affair seperti Sukarno yang memang biadab dalam hal
urusan perempuan. Dari versi cerita ini kembali dibuktikan bahwa telah terjadi
character assasination kepada Suharto dengan tujuan agar Suharto semakin
dibenci rakyat Indonesia.
Mari lagi kita membahas perihal pertanyaan "mengapa
Suharto tidak menjadi target dari operasi". Kita semua tentu tahu kalau
semua perwira TNI AD yang menjadi korban kebrutalan PKI adalah mereka yang
menolak proposal yang diajukan PKI mengenai Angkatan ke V. Mereka yang menjadi
korban adalah para petinggi di Markas Besar AD. Suharto yang ketika itu
menjabat sebagai Pangkostrad bukanlah bagian dari Mabes AD yang dapat memberi
keputusan tapi Suharto hanyalah bagian dari mereka yang menjalankan keputusan
yang diambil Mabes AD. Sebagai Pangkostrad, Suharto selalu siap menjalankan setiap
perintah yang dikeluarkan Mabes AD. Itulah yang menjadi alasan kalau Suharto
bukanlah orang penting yang pantas dijadikan target operasi.
Terakhir mari kita membahas perihal pertemuan-pertemuan
antara Suharto dengan Kolonel Latief yang "katanya" terjadi pada
tanggal 18, 28, 29 & 30 September 1965. Disini penulis ingin mengajak
pembaca untuk berpikir lebih kritis dengan situasi yang dihadapi Suharto saat
itu. Kalaupun benar telah terjadi beberapa pertemuan antara Suharto dengan
Kolonel Latief yang berkaitan dengan rencana penjemputan paksa para perwira TNI
AD, maka cobalah kondisikan keadaan kita sebagai Suharto kala itu. Apakah yang
akan dilakukan Suharto dengan situasi seperti itu ? Ada beberapa kemungkinan
untuk menggambarkan situasi yang dihadapi Suharto saat itu ;
1. Apakah Suharto harus melaporkan kepada para atasannya
seperti Nasution, Ahmad Yani dll bahwa akan terjadi suatu penindakan kepada
diri mereka yang akan dilakukan oleh pasukan Cakrabirawa atas perintah Sukarno
? (sesuai dengan kesaksian Kolonel Untung saat dipersidangan yang mengaku
mendapat perintah namun tidak menyebut nama sang pemberi perintah)
2. Apakah Suharto harus melaporkan kepada Sukarno yang
secara implisit diketahui yang memberi perintah kepada Kolonel Untung untuk
"memberi pelajaran" kepada para perwira TNI AD yang dianggap tidak
loyal kepada Sukarno ?
3. Haruskah Suharto mencoba menghentikan tindakan yang akan
dilakukan Kolonel Untung dkk sementara Suharto mengetahui bila yang memberi
perintah adalah orang no 1 di negeri ini ? Bisa anda bayangkan akibat dari
tindakan Suharto bila dirinya mencoba menghalangi tindakan yang akan diambil
Kolonel Untung ?
Dari 3 kondisi yang harus dilakukan Suharto maka dapat
diambil kesimpulan bahwa sikap diam dan menunggu tindakan apa yang kira-kira
dilakukan Kolonel Untung adalah yang terbaik dilakukan Suharto. Perlu diketahui
jika operasi "memberi pelajaran" pada para perwira TNI AD yang
dilakukan Kolonel Untung yang dibagi dalam 3 tim juga didukung oleh anggota TNI
dari angkatan yang lain seperti Mayor KKO Soedarno, Mayor Udara Sudjono dan
Kombes Pol Imam Soepojo. Dari kondisi ini juga akan memunculkan pertanyaan yang
lain, Mungkinkah seorang Suharto mampu menggerakan anggota prajurit dari Korps
yang berbeda untuk melakukan perintahnya ? Penulis mempersilahkan pembaca untuk
memikirkannya dengan cermat.
Setelah membahas beberapa Fitnah yang ditujukan kepada
Suharto, penulis ingin mengajak pembaca untuk merenung sejenak dan bertanya,
"APAKAH MAKSUD dan TUJUAN DARI SEMUA FITNAH YANG DITUJUKAN KEPADA SUHARTO
? Kita semua tentu tahu dan faham kalau setiap cerita fitnah yang
dibangun/diciptakan pasti memiliki maksud dan tujuan.
Sekarang penulis ingin mengajak pembaca keperistwa tragedy
G30S/PKI. Kita tentu sepakat mengatakan kalau orang yang merancang peristiwa
tersebut sebagai dalang yang harus bertanggung jawaab atas peristiwa
pembantaian yang terjadi selajutnya. Setelah mencermati berbagai fakta sejarah
yang terjadi diseputar peristiwa G30S/PKI, sebelum dan sesudah peristiwa serta
karakter dari tokoh-tokoh yang memungkinkan untuk melakukan tindakan tersebut
maka penulis mengambil kesimpulan bila tokoh yang paling memungkinkan untuk melakukan
itu adalah tokoh yang memiliki karakter "Raja Tega". Setelah
mencermati karakter dan masa lalu dari tiap tokoh maka penulis megambil satu
kesimpulan bahwa hanya Sukarno yang memiliki karakter seperti itu. Penulis juga
menelusuri fakta-fakta yang terjadi diseputar perstiwa tersebut. Penulis
meelusuri fakta peristiwa yang terjadi sebelum peristiwa G30S/PKI meletus serta
fakta peristiwa yang terjadi pasca perstiwa tersebut terjadi.
Mari kita membahas karakter dari Sukarno. Penulis tadi
mengatakan kalau Sukarno memiliki karakter yang tega melakukan apapun demi
mencapai ambisi pribadinya. Pada masa penjajahan Jepang, Sukarno adalah salah
satu Kolaborator Jepang yang tega mengirim rakyat Indonesia menuju neraka
kematian mereka sebagai Romusha. Sukarno juga tega mengirim perempuan-perempuan
Indonesia untuk menjadi pemuas nafsu birahi para tentara Jepang. Lalu kita
lihat lagi kasus yang menimpa Dr Suwondo, suami dari Hartini. Sukarno juga tega
memenjarakan Dr Suwondo demi mendapatkan pujaan hatinya (sebenarnya sih, pujaan
isi celana dalamnya). Lalu kita juga melihat bagaimana tindakan Sukarno kepada
Mayor Shakir yang merupakan tunangan dari Haryatie. Sukarno juga tega
memenjarakan Mayor Shakir demi mendapatkan Haryatie. Dari 2 kejadian terakhir
kita dapat melihat bagaimana Sukarno tega melakukan sesuatu yang brutal kepada
rakyat Indonesia demi kepuasan pribadinya dengan memanfaatkan kekuasaan yang
dia miliki.
Sekarang penulis ingin mengajak pembaca untuk menelusuri
karakter Suharto. Sampai hari ini penulis belum pernah menemukan atau
mengetahui ada kelakuan pribadi Suharto yang menyimpang dari norma etika dan
kesusilaan. Kesetiaan cintanya pada isteri tercintanya ibu Tien membuat dugaan
penulis semakin kuat kalau Suharto bukanlah type manusia yang tega melakukan
sesuatu diluar norma etika dan susila. Bukti-bukti cerita fitnah yang dikarang
untuk mendiskreditkan Suharto malah semakin menguatkan keyakinan penulis bahwa
mereka yang menebar cerita fitnah kepada Suharto pasti sudah kehilangan akal
sehat untuk mencari-cari kesalahan Suharto yang berupa fakta, akhirnya mereka
mengarang-ngarang cerita bohong tentang Suharto. Mereka memanfaatkan filosofi
yang diterapkan Suharto, filosofi Mikhul Dhuwur Mendhem Jero serta filosofi
Bangsa yang Besar adalah Bangsa yang Menghormati jasa para Pahlawannya.
Bertahun-tahun mereka menebar cerita fitnah ini tanpa mengenal lelah sehingga
terbukti para generasi muda saat ini mulai dan sudah menganggap kalau semua
cerita bohong yang mereka sebarkan selama ini sebagai sebuah kebenaran yang
hakiki.
Berikut ini penulis akan memaparkan beberapa fakta peristiwa
sejarah yang terjadi sebelum dan sesudah peristiwa G30S/PKI yang menjadi
indikasi keterlibatan Sukarno.
1. Tindakan anarkis para anggota PKI yang tdk direspon
pemerintah.
Selama kurun beberapa tahun sebelum peristiwa G30S/PKI
meletus telah terjadi beberapa peristiwa tragis yang menimpa rakyat Indonesia
yang dilakukan oleh para anggota PKI beserta organisasi sayap yang berada
dibawahnya seperti Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia, Gerwani, Lekra dll.
Ratusan Ulama NU telah dibantai PKI tanpa ada tindakan berarti dari pemerintah
dalam hal ini Sukarno. Pada berbagai peristiwa berdarah yang memakan korban
jiwa, Sukarno seolah-olah melaakukan pembiaran karena tidakpernah mengeluarkan kebijakan
yang berarti untuk menghentikan peristiwa tersebut terjadi.
2. TNI AD tidak menyerahkan pasukan Elitnya, RPKAD untuk
menjadi bagian dari pasukan Cakrabirawa

3. Peristiwa Bandar Besty yang menewaskan satu anggota TNI
AD
Peristiwa tragedy Bandar Betsy yang menewaskan seorang prajurit
TNI AD yang bernama Peltu Sudjono pada tangga 14 Mei 1965 yang dilakukan para
anggota Pemuda Rakyat dan Barisan Tani Indonesia yang merupakan organisasi
sayap dari PKI. Peristiwa ini mengundang reaksi keras dari para petinggi TNI AD
terutama Jenderal Ahmad Yani selaku Menpangad waktu itu. Bayak pihak mengatakan
kalau peristiwa tragedy Bandar Betsy merupakan cikal bakal dari
peristiwa-peristiwa selanjutnya yang memuncak pada peristiwa berdarah Tragedy
Lubang Buaya.
4. Pidato Jenderal Ahmad Yani di Markas RPKAD di Cijantung
saat HUT RPKAD
Pidato Jenderal Ahmad Yani di Markas RPKAD di Cijantung saat
perayaan HUT RPKAD ditahun1965. Jenderal Ahmad Yani dengan terang-terangan
meminta para prajurit RPKAD untuk mempersiapkan diri mereka dengan segala kemungkina
yang akan terjadi. Pada kesempatan ini Jenderal Ahmad Yani secara terbuka
mengatakan akan menuntut balas atas kematian salah satu prajuritnya yang tewas
di Bandar Betsy, Sumut.
5. Sukarno mengaku sudah sakit-sakitan tapi disaat yang sama
menjalin hubungan dengan Heldy Jaffar
Pada bulan Juli 1965 diketahui bila Sukarno pernah
memberikan amanat agar kelak Jenderal Ahmad Yani yang akan menggantikan dirinya
bila suatu waktu kondisi kesehatannya kian memburuk. Ada beberapa kesaksian
yang memperkuat pernyataan ini. Sukarno mengatakan hal tersebut saat melakukan
rapat dengan para petinggi di negeri ini. Dikabarkan Soebandrio, Nasution dan
beberapa yang lainnya juga mendengar permintaan ini. Kita semua tentu tahu
kalau Sukarno adalah typikal orang yang mampu meyakinkan lawan bicaranya untuk
mempercayainya. Namun banyak yang tidak mengetahui bila disaat yang sama
Sukarno juga ternyata sedang mendekati seorang gadis belia yang bernama Heldy
Jaffar. Disini penulis bingung dengan pernyataan "sakit keras" tapi
masih sempat-sempatnya melakukan affair.
6. Pada malam kejadian, Sukarno berkeliling Jakarta bersama
Ratna Sari Dewi namun pagi dini hari sudah berada di pangkalan udara Halim
Perdana Kusumah.
Pada malam peristiwa pembantaian 7 perwira TNI AD terjadi, semua
tahu bila dimalam itu Sukarno bersama Ratna Sari Dewi berkeliling Jakarta
menikmati malam hingga menjelang dini hari. Lalu pada dini harinya Sukarno
sudah berada di pangkalan udara Halim Perdana Kusumah. Tidak ada yang tahu
dalam rangka urusan apa Sukarno berada di pangkalan udara Halim Perdana Kusumah
sepagi itu. Hanya Sukarno dan Tuhan yang tahu alasan Sukarno berada di Halim
dipagi buta.
7. Sukarno tidak pernah menunjukan rasa empaty atas kematian
7 putra terbaik bangsa.
Pasca tragedy G30S/PKI, tidak sekalipun Sukarno menunjukan
rasa simpatik dan empaty atas peristiwa yang menimpa 7 putra terbaik bangsa
itu. Sukarno malah menganggap peristiwa pembantaian ke 7 perwira TNI AD bagai
Riak Kecil Ditenga Samudera Yang Luas. Itu merupakan bentuk pernyataan yang
mengecilkan arti kematian mereka yang dibantai di Lubang Buaya. Sukarno
seolah-olah menganggap kematian mereka sebagai hal yang sepele dan tidak ada
artinya. Penulis jadi teringat dengan nasib jutaan rakyat Indonesia yang dikirim
Sukarno sebagai Romusha dan Jugun Ianfu. Arti nyawaa mereka juga tidak ada
artinya dimata seorang Sukarno.
8. Sukarno selalu & tetap membela PKI diberbagai
kesempatan.
Diberbagai kesempatan, Sukarno selalu membela keberadaan PKI
dan tidak berkeinginan untuk membubarkannya. Bahkan pada bulan Februari 1966
dalam satu kesempatan dihadapan para simpatisan PKI Sukarno dengan tegas
mengatakan akan menghabisi orang-orang atau kelompok-kelompok yang Fhobia
kepada Komunis. Ini menjadi momen bagi rakyat kalau Sukarno memang cenderung
membela PKI dibanding membela mereka yang dibantai atau didzolimi PKI.
9. Sikap bangga & terhormat Kolonel Untung karena mampu
menjalankan tugasnya.
Harus diketahui, Kolonel Untung sebagai komandan eksekutor
dari peristiwa pembantaian 7 perwira TNI AD di Lubang Buaya pantas mendapat
apresiasi. Sebagai prajurit Sapta Marga, Kolonel Untung telah menunjukan sifat
ksatrianya. Dari keterangan Kolonel Untung diketahui nama-nama anggota TNI yang
terlibat langsung dalam peristiwa tersebut. Dari keterangan Kolonel Untung juga
diketahui cara kerja dan pembagian tim penjemputan para korban. Hanya satu nama
yang tidak disebutkan oleh Kolonel Untung yaitu nama tokoh yang memberi
perintah untuk melakukan operasi tersebut.Namun dari sikap bangga Kolonel
Untung yang merasa terhormat karena telah menjalankan tugasnya dengan baik
memunculkan dugaan pada satu tokoh, yaitu Sukarno. Semua prajurit pasti akan
merasa bangga dan merasa terhormat bila mampu menjalankan perintah "Yang
Mulia Sri Paduka Bapak Pemimpin Besar Revolusi, Panglima Tertinggi ABRI,
Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Putra Sang Fajar, dll, dll, dll".
10. Sikap percaya diri Sukarno saat mengawini Heldy Jaffar.

Akhirnya pada bulan Juni 1966 Sukarno diseret ke Sidang
Istimewa MPRS untuk mempertanggung jawabkan kinerjanya sebagai Presiden RI
dihadapan para anggota MPRS. Ternyata cara yag dilakukan Sukarno ditahun 1959
pasca Dekrit Presiden menjadi bumerang bagi dirinya. Jika ditahun 1959, Sukarno
dengan ujung jari telunjuknya mengangkat
anggota Dewan maka ditahun 1966 Nasution dan Suharto melakukan hal yang sama
melakukan penunjukan untuk menjadi anggota Dewan. Ini namanya "Senjata
Makan Tuan".
Astagfirullohhaladzim......
BalasHapusPenulis Bajingan....!!!
BalasHapusPenulis ini hasil perbuatan Haramnya Harto...!!!
BalasHapusBohong....
BalasHapusBohong....
BalasHapusMasih bisa dicerna dan masuk akal, bukan tulisan ngawur.
BalasHapusLogis, terutama yg Hartini, Haryatie dan Heidy Jafar, yg lain perlu pemahaman.
BalasHapusLogis, terutama yg Hartini, Haryatie dan Heidy Jafar, yg lain perlu pemahaman.
BalasHapusKlo pemimpinnya rusak,yg goblok siapa yaa..?presiden pertama penulis bilang biadab..presiden kedua byk yg blng raja kkn..klo presiden yg skrg gmn?sdh dpt fakta2 kebusukannya blm? Bangsa yg aneh,bangsa yg mncari borok presidennya sendiri..tulisan yg mncari aib sendiri ada nggk?posting dong
BalasHapusKlo pemimpinnya rusak,yg goblok siapa yaa..?presiden pertama penulis bilang biadab..presiden kedua byk yg blng raja kkn..klo presiden yg skrg gmn?sdh dpt fakta2 kebusukannya blm? Bangsa yg aneh,bangsa yg mncari borok presidennya sendiri..tulisan yg mncari aib sendiri ada nggk?posting dong
BalasHapusMemang kebenaran sejarah harus diungkap dari berbagai versi. Yang akan membuktikannya sejarah itu sendiri di kemudian hari.
BalasHapusAnalisis yg bagus....good job....saya lebih yakin Skn dalang pki daripada shrt...silahkan cerna sendiri
BalasHapusAnalisis yg bagus....good job....saya lebih yakin Skn dalang pki daripada shrt...silahkan cerna sendiri
BalasHapusSEBELUM MENCULIK PARA JENDRAL , KOLONEL LATIEF LAPOR KE SUHARTO
BalasHapus=====================
dalam buku otobiografinya SUHARTO yang berjudul ;
Soeharto: Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya,
Suharto mengaku telah bertemu dan diLapori Kolonel Abdul Latief, di RSPAD Gatot Subroto, jam 22.00 WIB, tanggal 30 September 1965.
Saat itu, Soeharto berada di RSPAD karena anaknya Tomy, sedang dirawat akibat terkena sop panas. Itulah detik-detik sebelum Kolonel Latief melakukan penculikan para jenderal yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G 30 S) 1965, pada pukul 04.00 WIB.
Tapi aneh dan Lucu_nya .... daLam otobiografi nya, Soeharto mengaku tidak tahu peristiwa itu. Sebab, setelah melihat dan diLapori Latief di RSPAD Gatot Subroto, sekitar jam 24.00 WIB, dia langsung pulang ke rumahnya, di Jalan H Agus Salim, lantaran diminta istrinya pulang.
"Saya disuruh oleh istri saya, cepat pulang ke rumah, karena ingat kepada Mamik, anak perempuan kami yang bungsu. Sesampai di rumah, saya berbaring dan bisa cepat tidur," terang Soeharto, dalam bukunya, halaman 118.
Diceritakan Soeharto, pasukan Untung yang pertama kali dilumpuhkan, berada di Jakarta, yakni di gedung RRI dan kantor Telkom. Operasi merebut RRI dan Telkom itu dipimpin oleh Kapten RPKAD dan Kapten Urip. Serangan dilakukan habis magrib.
"Alhamdullilah, tidak sebutir pun peluru harus dilepaskan, dan RRI serta Telkom, sudah bisa kita rebut," ungkap Soeharto, dalam bukunya, seperti yang dia paparkan kepada G Dwipayana dan Ramadhan KH, halaman 127.
Luar Biasa aneH .... meLumpuhkan PKI yg menduduki RRI tanpa sebutir peLuru.
(Ini pembrontakan ATAU main petak umpet ?)
Karena apa tanpa peRLawanan ?!!
Ternyata pasukan PKI yg menduduki RRI adaLah pasukan Suharto yg dari kodam Diponegoro atas permintaan untung .
Jadi intinya Suharto ada dibaLik G30S dg meminjam yangan PKI
Pasukan kodam diponegoro yg didatangkan ke jakarta utk memeriahkan HUT ABRI kan atas perintah soeharto..lantas utk sekedar memeriahkan HUT aj kenapa mesti diperintahkan membawa senjata tempur garis depan ya..?pasti penulis di blog ini mengatakan fitnah..
HapusPasukan kodam diponegoro yg didatangkan ke jakarta utk memeriahkan HUT ABRI kan atas perintah soeharto..lantas utk sekedar memeriahkan HUT aj kenapa mesti diperintahkan membawa senjata tempur garis depan ya..?pasti penulis di blog ini mengatakan fitnah..
HapusAnak tidak jauh sifatnya Dr bpknya...
BalasHapusIy betul, buah jatuh itu...he he
HapusYg bener yg mana?
BalasHapusBusuk serta Biadab!!!
BalasHapusBuah jatuh tidak jauh dari pohonnya
BalasHapusCari di youtube film saksimata: "The Act of Killing" dan "The Silent".
BalasHapusCari di wikipedia: "Sejarah korupsi pertama di Indonesia"
Kalo nulis artikel sesuai jamanmu saja biar kagak modal katanya seenak jidat memvonis seolah tahu masa lalu jadi kagak bikin fitnah, belajar dulu yang bener kasian orang tuamu melahirkan anak tukang fitnah
BalasHapusCerita rancu jadi penulisnya yg.tukang fitnah
BalasHapus888casino.com New York - Mapyro
BalasHapusFind the best 10 Casinos 경기도 출장마사지 at New York 용인 출장안마 in New York, NY. Mapyro, USA Real Time Gaming, Casino 화성 출장샵 Reviews, 남원 출장마사지 Gaming Info, 당진 출장안마 Games & Ratings.